Si kecil tidak mau berbicara di usianya yang sudah dua tahun. Dia tidak mau menjawab saat ditanya. Orang-orang di sekitar mulai memperbincangkannya. Duh, panik dan bingung rasanya, ya?
Beberapa orang menyebut bahwa masalah keterlambatan berbicara pada anak sebagai speech delay. Jika diartikan secara sederhana, kemampuan berbahasa anak tidak sesuai dengan usianya. Apa dan bagaimana speech delay? Dokter Anggia Farrah Rizkiamuti, Sp.A, M.Kes dari Siloam Purwakarta menjelaskannya secara lengkap pada sesi webinar parenting yang diadakan oleh Kodomo Challenge.
Penyebab Speech Delay dan Deteksi Dini
Speech delay tidak selalu berkaitan dengan kemampuan otak atau IQ anak. Itu hanya salah satunya saja.
Pada dasarnya, pada tumbuh kembang anak kemampuan berbahasa ini memasuki periode kritis pada usia 9 sampai 24 bulan. Menurut National Center for Health Statistic, kondisi tersebut banyak dialami anak dengan usia balita, sekitar 5 sampai 8 persen.
Akibat yang paling terlihat dari anak adalah kemampuan interaksi sosialnya yang sedikit; perkembangan emosi terhambat (anak sering tantrum karena orang lain tidak mengerti keinginannya); kemampuan kognitif lambat karena tidak memahami perintah sederhana; dan perkembangan fisik dan motorik yang terhambat.
Penyebab speech delay atau keterlambatan berbicara, yaitu:
- Adanya gangguan pendengaran sehingga tidak dapat meniru suara. Gangguan ini bisa terdeteksi sejak bayi, misalnya si kecil tidak pernah terkejut mendengar suara nyaring, tidak menoleh saat dipanggil, dan sebagainya.
- Gangguan perilaku, seperti si kecil yang menderita autistik. Orang tua dapat mengenalinya dengan hal kecil, mata mereka tidak fokus menatap wajah di depannya ketika diajak berbicara atau asyik sendiri memperhatikan sesuatu dalam waktu yang sangat lama.
- Gangguan organ suara, sehingga tidak dapat mengucapkan kata dengan jelas.
- Kurang stimulasi akibat kurang interaksi dan penggunaan gadget secara berlebihan.
Sebagian besar anak terlambat berbicara dikarenakan kurangnya stimulasi. Anak dibiarkan bermain seorang diri atau perbedaan bahasa orang tua dan yang ditontonnya melalui gawai atau gadget. Cara terbaik mengetahuinya adalah deteksi dini.
Deteksi dini akan membuat Anda lebih aware terhadap pertumbuhan danperkembangannya, lalu segera bertindak saat tidak sesuai jalur. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pedoman developmental milestone yang biasanya terdapat pada buku-buku parenting atau dapat Moms and Dads lihat di internet. Developmental milestone adalah ukuran kemampuan minimal anak di rentang usia tertentu.
Khusus untuk kemampuan bahasa, orang tua dapat segera mencari solusi jika Si Kecil mempunyai tanda-tanda berikut:
- Tidak dapat bersuara sampai usia 6 bulan. Tidak pernah menangis atau tidak mengeluarkan bunyi yang disebut cooing, khas bayi.
- Tidak dapat mengoceh atau babling sampai berusia 12 bulan. Babling adalah suara tidak bermakna kata dan terdengar tidak jelas.
- Tidak dapat menyebutkan satu kata pun selain mengoceh sampai berusia 16 bulan. Kata di sini, misalnya ma, pa, ba, dan sebagainya.
- Tidak dapat menunjuk benda di usia 20 bulan
- Tidak menunjukkan ketertarikan pada orang lain ketika berusia 20 bulan. Bisa jadi dia hanya asyik dengan dunianya sendiri. Tidak menoleh ketika ada yang memanggil atau mengajaknya berbicara.
- Tidak dapat membuat frasa bermakna di usia 24 bulan, seperti minum dan menunjuk ke gelas ketika haus atau memanggil papa ketika ayah datang.
- Orang tua masih tidak dapat memahami apa yang diinginkan dan diucapkan si kecil saat berusia 30 bulan. Ini sering menjadikan ananda frustasi dan tantrum, emosinya tidak terkendali.
- Sering mengulang ucapan orang lain padahal usianya sudah 30 bulan. Pengulangan kata tidak dimaksudkan untuk tujuan apa pun.
Jika si kecil Moms and Dads mempunyai masalah di atas, segera mencari tahu penyebabnya agar dapat diatasi sedini mungkin!
Mainan untuk Stimulasi Kemampuan Berbahasa si Kecil
Banyak anak mengalami speech delay karena kurangnya stimulasi. Apalagi jika sejak bayi sudah terdeteksi anak dapat terkejut mendengar suara nyaring. Pendengarannya sangat normal.
Stimulasi ini sebaiknya dilaksanakan sejak dini, terus menerus, dan dilakukan oleh orang tua. Caranya juga tidak sulit, lingkungan sekitar dapat dijadikan alat peraga. Mainan yang mendorong kemampuan bahasa juga dapat dengan mudah ditemui. Yang terpenting, kegiatan sesuai dengan usia, menyenangkan, dan diakhiri dengan pujian agar anak termotivasi.
Gambar anak yang sedang bermain dengan Kodomo Challenge Bahasa Paket 1: Mengenal Binatang!
Saat ini, Kodomo Challenge menghadirkan program Bahasa yang dikhususkan untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa, bicara dan komunikasi anak usia 1-3 tahun. Paket edukasi ini terdiri dari mainan edukasi, buku bergambar, dan video yang disesuaikan dengan umur dan tahap perkembangan pada Si Kecil.
Selain tema mengenai kemampuan Bahasa, di dalam program ini Si Kecil juga dilatih meningkatkan kemampuan kognitif melalui warna dan bentuk. Paket edukasi ini juga menjadi cara jitu mengurangi ketergantungan anak terhadap gadget, lho.
Lebih dari 400.000 anak Indonesia sudah berpengalaman bermain dan belajar bersama Kodomo Challenge, lho. Menarik bukan? Yuk, segera miliki paket edukasinya untuk Si Kecil!